Jumat, 01 April 2016

abraham Lincoln Kepada Kepala Sekolah



Surat Abraham Lincoln Kepada Kepala Sekolah
B

erikut adalah sebuah surat yang ditulis sendiri oleh Abraham Lincoln (1809-1865; negarawan AS) kepada Kepala Sekolah putranya. Meski ditulis puluhan tahun silam, isinya tetap relevan hingga sekarang bagi semua kalangan, entah itu eksekutif, pekerja, guru, orangtua, dan murid. Pesan untuk Para Guru "Saya tahu dia (baca: putra Lincoln) harus belajar bahwa tidak ada manusia yang bersikap adil dan berlaku jujur. Tapi, tolong ajari dia indahnya buku-buku... dan berikan dia juga waktu untuk merenungkan misteri abadi tentang burung-burung di langit, lebah-lebah di bawah matahari, dan bunga-bunga di lereng bukit yang menghijau. Di sekolah, ajari dia bahwa kegagalan itu jauh lebih terhormat daripada berbuat curang.... Ajari dia untuk meyakini gagasan-gagasannya sendiri, meski semua orang berkata dia salah. Ajari dia untuk bersikap lembut kepada orang-orang yang juga bersikap lembut, dan bersikap keras kepada orang-orang yang juga bersikap keras


Berikan putra saya kekuatan untuk tidak begitu saja mengikuti orang banyak ketika mereka sedang bersukaria akan sesuatu.... Ajari dia untuk mendengarkan semua orang yang berbicara padanya; tapi ajari dia juga untuk menyaring kebenaran dari semua hal yang didengarnya, dan hanya mengambil hal-hal yang positif saja. Ajari dia cara untuk tertawa di saat dia sedih.... Ajari dia agar tidak malu untuk menangis. Ajari dia untuk mencemooh orang-orang yang bersikap sinis dan bersikap waspada terhadap orang-orang yang selalu bermuka dan bermulut manis. Ajari dia untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan pikirannya untuk melakukan hal-hal terbaik, tapi jangan pernah menjual hati dan jiwanya. Ajari dia untuk tidak mendengarkan kelompok orang yang berteriak-teriak... dan tetap berjuang mempertahankan pendiriannya jika memang dirinya benar.
Perlakukan dia dengan lembut, tapi jangan manjakan dia, karena hanya melalui tempaan apilah bisa tercipta baja yang terbaik. Biarkan dia memiliki keberanian untuk bersikap tidak sabar. Biarkan dia memiliki kesabaran untuk bersikap berani. Ajari dia untuk selalu mempunyai kepercayaan yang sungguh-sungguh pada dirinya, karena dengan begitu ia akan memiliki kepercayaan pada sesamanya. Pesan ini sangat penting, namun lakukan saja sebisa Anda. Putra saya adalah anak laki-laki yang baik!" -Abraham Lincol SUMBER:www.andriewongso.c


Quotesof the day
¢Novem Ariya Kusuma
" Memiliki pandangan positif tentang kehidupan adalah bagian penting untuk menemukan inspirasi. Dalam kalimat di atas, apakah Kita merasa terinspirasi membaca tentang luasnya alam semesta kita dan tempat kita yang unik di dalamnya, atau apakah Kita merasa terbebani dan tertekan tak berarti dari semua itu?
Otak kita
terprogram untuk menemukan hal-hal yang kita cari - jika Kita selalu sinis atau menunggu untuk hal-hal yang tidak salah, maka hidup Kita akan mencerminkan hal itu. Di sisi lain, memiliki pandangan positif tentang kehidupan akan membawa Kita sukacita dan memberi Kita inspirasi ketika Kita tidak mengharapkannya. ".

Mengungkap Sejarah di Balik Rahasia Monas

Mengungkap Sejarah di Balik Rahasia Monas


S
etelah Jakarta kembali menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia, Presiden Soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan monumen di negara lain, contohnya Menara Eiffel di Paris. Ketika itu, Soekarno berencana ingin membangun sebuah monumen di lapangan tepat didepan Istana Merdeka.

Pembangunan monumen nasional bertujuan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan RI 1945. Dengan adanya monumen nasional tersebut. Soekarno berharap bisa terus membangkitkan semangat patriotisme bangsa dimasa yang akan datang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara untuk perancangan monumen nasional di laksanakan pada tahun 1955. Pada saat itu, ada 51 karya yang masuk, namun hanya 1 karya yang dipilih yaitu yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh komite, antara lain dengan menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad lamanya.
Sayembara kedua dimulai pada tahun 1960 tapi sekali lagi tidak satupun dari 136 peserta yang ikut yang masuk kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Presiden Ir.Soekarno. Tapi, saat itu Bung Karno kurang cocok/sreg dengan rancangan dari Silaban. Presiden Soekarno berharap monumen itu berbentuk lingga dan yoni.
Kemudian Silaban diminta untuk merancang monumen dengan tema seperti yang disebutkan tadi, akan tetapi, rancangan dari Silaban sungguh luar biasa karena biayanya yang sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih lagi saat itu kondisi ekonomi Indonesia cukup memprihatinkan. Silaban lalu menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan kepada pemerintah untuk pembangunannya ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Presiden Soekarno yang tidak suka menunggu lalu meminta arsitek RM Soedarsono untuk melanjutkan rancangan dari Silaban. Kemudia Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan Presiden RI Nomor 214 Tahun 1959 tanggal 30 Agustus 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional yang diketuai oleh Kolonel Umar Wirahadikusumah, Komandan KMKB Jakarta Raya.
Lalu Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, untuk melambangkan 17 Agustus 1945 memulai proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini arsiteknya adalah Frederich Silaban dan RM Soedarsono, dan mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961.
Dari keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek berasal dari Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir Rooseno. Pada tanggal 12 Juli 1975, Monas resmi dibuka untuk umum.
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga dan yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.
Sebuah elevator/lift juga dibangun pada pintu bagian selatan untuk membawa pengunjung menuju puncak monas yang berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Elevator/lift ini berkapasitas 11 orang dengan sekali angkut
Pelataran puncak Monas dapat menampung sekitar 50 orang, juga terdapat teropong untuk melihat keindahan kota Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat juga tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati keindahan pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bahkan, bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan arah ke utara membentang laut lepas dengan berbagai pulau-pulau kecil lainnya.
Di puncak Monas terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Maksud dari lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, tetapi untuk menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang pada saat itu berusia setengah abad (50 tahun) pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.
Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang maknanya bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.

Namun puncak Monas itu bukan sekedar berbentuk lidah api biasa. Konon lidah api di puncak Monas itu menggambarkan sesosok perempuan yang sedang duduk bersimpuh dengan gerai rambut yang panjang. Rambut atasnya disimpul seperti sanggul kecil. Duduk langsung menghadap Istana Negara.
Tetapi, sosok wanita di lidah api Monas tersebut hanya bisa dilihat dari sisi sebelah kiri Monas atau dari Jalan Medan Merdeka Barat sebelah utara, dekat Istana Presiden. Patung sesosok perempuan itu sengaja dibuat dengan sebaik-baiknya agar orang yang melihatnya tidak mengetahuinya secara langsung.
Banyak orang yang menganggap sosok wanita dalam lidah api Monas adalah salah satu ide dari Presiden Soekarno. Sosok wanita dalam lidah api Monas itu sering dipandangi Soekarno dari Istana Merdeka.

Hingga saat ini, sosok wanita di lidah api Monas itu masih misterius. Siapakah sebenarnya sosok wanita yang diukir dalam puncak Monas itu?.

Falsafah Shalat Lima Waktu

Apa sebenarnya makna dari shalat lima waktu? Shalat lima waktu

sebenarnya merupakan

gambaran dari berbagai kondisi

kita yang berbeda-beda

sepanjang hari. Kita melewati

lima tahapan kondisi pada saat

sedang mengalami musibah dan

fitrat alamiah kita menuntut

bahwa kita harus melewatinya.

Pertama, adalah ketika kita

mendapat gambaran bahwa kita

akan menghadapi musibah.

Sebagai contoh, bayangkan ada

surat panggilan bagi kita untuk

menghadap ke suatu

pengadilan. Kondisi pertama ini

akan langsung meruyak rasa

ketenangan dan keteduhan kita.

Kondisi seperti menerima surat

panggilan pengadilan ini mirip

dengan saat ketika matahari

mulai menggelincir. Sejalan

dengan kondisi keruhanian

tersebut ditetapkanlah shalat

Dhuhur yaitu ketika matahari

mulai menggelincir.

Kita mengalami kondisi kedua ketika kita sepertinya mendekat kepada tempat musibah terjadi. Sebagai contoh,

setelah ditahan berdasar surat panggilan, tiba waktunya kita diajukan ke hadapan hakim. Pada saat demikian

kita merasakan kegalauan perasaan dan beranggapan bahwa semua rasa keamanan telah meninggalkan diri kita.

Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan ketika sinar matahari mulai suram dan manusia bisa melihat matahari

secara langsung serta menyadari bahwa sebentar lagi matahari itu akan terbenam. Sejalan dengan kondisi

keruhanian seperti itu maka ditetapkanlah shalat Ashar.

sumber foto: http://agungprasetyo.net/activities/besarnya-cinta- rasulullah-s- a-w

Kondisi ketiga adalah keadaan

ketika kita merasa kehilangan

segala harapan memperoleh

keselamatan dari musibah.

Sebagai contoh, setelah

mencatat bukti-bukti tuntutan

yang akan membawa

kehancuran diri kita, kita

didakwa dengan bentuk

yang kelam telah menyelimuti

diri kita. Sebagai contoh,

setelah pembacaan bukti-bukti

maka kita sepertinya lalu

divonis dan diserahkan untuk

dipenjarakan. Kondisi seperti

itu mirip dengan keadaan

malam ketika semuanya

diselimuti kegelapan yang

kelam. Untuk kondisi

keruhanian seperti itu

ditetapkanlah shalat Isya.

Setelah menghabiskan satu

kurun waktu dalam kegelapan

dan penderitaan, datanglah

rahmat Ilahi yang meluap

mengemuka dan

menyelamatkan kita dari

kegelapan dengan datangnya

fajar yang menggantikan

kegelapan malam dimana sinar

pagi mulai muncul. Shalat

Subuh ditetapkan untuk kondisi

keruhanian seperti itu.

Berdasarkan kelima kondisi

yang berubah terus tersebut

maka Allah s.w.t. telah

mengatur shalat lima waktu

bagi kita. Dengan demikian kita

bisa memahami bahwa shalat

tersebut diatur waktunya bagi

kemaslahatan kalbu kita sendiri.

Bila kita menginginkan

keselamatan dari segala

musibah, janganlah kita sampai

mengabaikan shalat lima waktu

karena semua itu merupakan

refleksi dari kondisi internal dan

keruhanian kita. Shalat

merupakan obat penawar bagi

segala musibah yang mungkin

mengancam. Kita tidak pernah

mengetahui keadaan bagaimana

yang dibawa oleh hari

berikutnya. Karena itu sebelum

awal hari, mohonlah kepada

Tuhan kita yang Maha Abadi

agar hari tersebut menjadi

sumber kemaslahatan dan

keberkatan bagi kita.

KOCAK 1

KOCAK 1

*Absen Murid*

- Bu Guru: "Rindu!"

- Rindu: "Hadir Bu"

- Bu Guru: "Benci"

- Benci: "Saya bu"

- Bu Guru: "kasih"

- Rindu: "Izin Bu!"

- Bu Guru: "Sayang"

- Benci: "Sakit Bu!"

- Bu Guru: "cinta".. "Cinta...?? Cinta kemana?"

- Rindu & Benci: *menjawab* "Cinta pulang Bu!?"

- Bu Guru: "Kenapa pulang ?"

- Rindu & Benci: *Serempak menjawab* "Karena Cinta tak pernah hadir tanpa Kasih & Sayang"

- Bu Guru: "hemmmmm bener juga yah ?"