Jumat, 01 April 2016

Falsafah Shalat Lima Waktu

Apa sebenarnya makna dari shalat lima waktu? Shalat lima waktu

sebenarnya merupakan

gambaran dari berbagai kondisi

kita yang berbeda-beda

sepanjang hari. Kita melewati

lima tahapan kondisi pada saat

sedang mengalami musibah dan

fitrat alamiah kita menuntut

bahwa kita harus melewatinya.

Pertama, adalah ketika kita

mendapat gambaran bahwa kita

akan menghadapi musibah.

Sebagai contoh, bayangkan ada

surat panggilan bagi kita untuk

menghadap ke suatu

pengadilan. Kondisi pertama ini

akan langsung meruyak rasa

ketenangan dan keteduhan kita.

Kondisi seperti menerima surat

panggilan pengadilan ini mirip

dengan saat ketika matahari

mulai menggelincir. Sejalan

dengan kondisi keruhanian

tersebut ditetapkanlah shalat

Dhuhur yaitu ketika matahari

mulai menggelincir.

Kita mengalami kondisi kedua ketika kita sepertinya mendekat kepada tempat musibah terjadi. Sebagai contoh,

setelah ditahan berdasar surat panggilan, tiba waktunya kita diajukan ke hadapan hakim. Pada saat demikian

kita merasakan kegalauan perasaan dan beranggapan bahwa semua rasa keamanan telah meninggalkan diri kita.

Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan ketika sinar matahari mulai suram dan manusia bisa melihat matahari

secara langsung serta menyadari bahwa sebentar lagi matahari itu akan terbenam. Sejalan dengan kondisi

keruhanian seperti itu maka ditetapkanlah shalat Ashar.

sumber foto: http://agungprasetyo.net/activities/besarnya-cinta- rasulullah-s- a-w

Kondisi ketiga adalah keadaan

ketika kita merasa kehilangan

segala harapan memperoleh

keselamatan dari musibah.

Sebagai contoh, setelah

mencatat bukti-bukti tuntutan

yang akan membawa

kehancuran diri kita, kita

didakwa dengan bentuk

yang kelam telah menyelimuti

diri kita. Sebagai contoh,

setelah pembacaan bukti-bukti

maka kita sepertinya lalu

divonis dan diserahkan untuk

dipenjarakan. Kondisi seperti

itu mirip dengan keadaan

malam ketika semuanya

diselimuti kegelapan yang

kelam. Untuk kondisi

keruhanian seperti itu

ditetapkanlah shalat Isya.

Setelah menghabiskan satu

kurun waktu dalam kegelapan

dan penderitaan, datanglah

rahmat Ilahi yang meluap

mengemuka dan

menyelamatkan kita dari

kegelapan dengan datangnya

fajar yang menggantikan

kegelapan malam dimana sinar

pagi mulai muncul. Shalat

Subuh ditetapkan untuk kondisi

keruhanian seperti itu.

Berdasarkan kelima kondisi

yang berubah terus tersebut

maka Allah s.w.t. telah

mengatur shalat lima waktu

bagi kita. Dengan demikian kita

bisa memahami bahwa shalat

tersebut diatur waktunya bagi

kemaslahatan kalbu kita sendiri.

Bila kita menginginkan

keselamatan dari segala

musibah, janganlah kita sampai

mengabaikan shalat lima waktu

karena semua itu merupakan

refleksi dari kondisi internal dan

keruhanian kita. Shalat

merupakan obat penawar bagi

segala musibah yang mungkin

mengancam. Kita tidak pernah

mengetahui keadaan bagaimana

yang dibawa oleh hari

berikutnya. Karena itu sebelum

awal hari, mohonlah kepada

Tuhan kita yang Maha Abadi

agar hari tersebut menjadi

sumber kemaslahatan dan

keberkatan bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar