Kamis, 19 November 2015

Biografi Mohammad Hatta

Biografi Mohammad Hatta. Siapa yang tidak mengenal salah satu pahlawan atau tokoh Proklamator Indonesia ini bersama Presiden Soekarno. Sangat bersahaja dan sederhana hingga akhir hayatnya ini itulah sosok Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.

LEGENDA GATOTKACA,TANAH MERAH

Posted on


Gambar
Legenda Gatot Kaca
Alkisah dalam pengasingannya selama dua belas tahun Pandawa sempat mengembara sampai di sekitar Pegunungan Dieng. Dua belas tahun bukan waktu yang singkat untuk berputar-putar hanya di sekeliling India. Bhima dapat menaklukkan Raja Raksasa Harimba, penguasa hutan di pusat pulau Jawa. Adik sang raja, Harimbi jatuh cinta kepada Bhima, ksatria tinggi besar kuat berotot layaknya raksasa tetapi gagah penampilannya, tidak seperti raksasa yang rewo-rewo. Harimbi adalah raksasa wanita, akan tetapi hatinya sudah lembut, evolusi jiwanya mendahului penampilannya. Dewi Kunti, ibu Bhima yang waskita memahami wanita yang cocok sebagai pendampingi sang putra, maka dia ‘memoles’ Harimbi dengan ‘operasi plastik zaman kuna’ menjadi wanita yang cantik, sehingga Bhima jatuh cinta. Dewi Kunti mendapatkan banyak ilmu dari Resi Durwasa, termasuk ilmu mendatangkan Dewa dan mempercantik wanita. Dewi Kunti juga ingat nasehat dari keponakannya, Prabu Kresna untuk menggunakan perkawinan sebagai pengikat persaudaraan. Sehingga seluruh Nusantara akan mendukung Koalisi Pandawa dalam berperang melawan Koalisi Korawa.
Gatotkaca mempunyai benih bawaan unggul kombinasi dari Bhima dan Harimbi. Sebagai raja muda di Pringgadani, Gatotkaca dalam Wayang Kulit
Purwa digambarkan berujud raksasa, lengkap dengan taringnya. Namun sejak Susuhunan Paku Buwana II memerintah Kartasura, penampilan peraga wayang Gatotkaca dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa diubah menjadi ksatria tampan
dan gagah, dengan wajah mirip Bima. Penampilan Gatotkaca yang khas adalah kumisnya yang lebat, sehingga di Jawa seseorang yang berkumis lebat dipuji sebagai ‘keren’ bak Gatotkaca. Banyak nama Gatot di Jawa, karena orang tua sang anak berharap puteranya menjadi pahlawan Nusantara. Di tahun enampuluhan seorang anak yang melakukan sunatan sering diberi pakaian Gatotkaca dengan topi wayang, baju kotang bergambar bintang delapan, memakai badong, semacam hiasan punggung dan tentu saja kumis hitam dari bubuk arang.


Konon nama Kali Serayu sendiri berasal dari Sir Ayu, cinta kepada wanita ayu yaitu cintanya Bhima kepada Harimbi. Mata Air Kali Serayu berasal dari daerah sekitar Wonosobo yang bernama Tuk Bimo Lukar, Mata Air Bhima Lepas Pakaian. Arca Kunto Bimo bahkan ditempatkan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang sebagai tanda bahwa Raja pembangun Candi Borobudur yang beragama Buddha pun menghormati Bhima, idola masyarakat setempat. Arca Bimo atau Kunto Bimo menggambarkan Bhima duduk bersila dengan sikap tangan dharmacakramudra. Ini isyarat pergerakan roda dharma. Bhima dalam perjalanan spiritualnya di Samudera Hindia menemukan jati dirinya setelah bertemu Dewa Ruci yang lidahnya berupa Acyntia, Yang Tak Dapat Diserupakan, kemudian dirinya digambarkan berada di dalam stupa dan telah mencapai ke-Buddha-an. Setiap ada kunjungan tamu negara, selalu ada acara merogoh stupa Kunto Bimo. Merogoh Kunto Bimo bahkan dianggap sebagai kepercayaan dalam tradisi setempat. Jika wanita berhasil menyentuh jempol kaki patung Buddha, atau pria menyentuh kelingking patung Buddha, maka keinginannya akan terkabul.

Di dataran tinggi Dieng terdapat Candi Bhima, Candi Arjuna dan Candi Gatotkaca, selain juga ada Candi Semar. Juga terdapat Kawah Candradimuka, konon kawah tempat Gatotkaca digembleng menjadi ksatria perkasa. Terdapat juga legenda masyarakat sekitar Banyumas, bahwa kaum Korawa selalu memata-matai kegiatan Pandawa dalam pengasingannya. Dalam salah satu perkelahian mereka kemudian berlomba membuat kali sudetan ke Samudera Hindia. Bhima dengan kuku pancanakanya yang seakan menjadi kapal keruk berhasil menang menyudet kali dari pusar tanah Jawa ke Samudera Hindia melalui daerah Banyumas dan Cilacap. Sedangkan Korawa salah arah sehingga sungai yang digalinya malah bermuara di kali buatan Pandawa. Oleh Resi Bhisma kali Pandawa di sebut Serayu sedangkan kali Kurawa disebut Klawing. Tempat Bhima melepas pakaian bekerja bakti disebut Tuk Bimo Lukar.

Kelahiran Gatotkaca

Kelahiran Gatotkaca menimbulkan kejadian yang menggemparkan. Tali pusarnya tidak dapat diputus dengan berbagai macam senjata keris dan panah. Alkisah Arjuna dan Karna sedang bertapa di tempat berbeda untuk mendapatkan senjata sakti sebagai persiapan perang di kemudian hari. Bathara Narada pembawa karunia senjata panah Kuntawijayadanu pun sulit membedakan kedua satria putra Dewi Kunthi tersebut. Dewa Surya memberi penerangan kepada tempat Karna bertapa, sehingga Narada memberikan senjata tersebut kepada Karna. Akan tetapi karena dia melihat tersirat semacam ketidak baikan dalam diri Karna, maka dia hanya memberikan Panahnya, sedangkan Sarungnya diberikan kepada Arjuna yang bertapa di tempat lain. Dengan berbekal sarung senjata Kuntawijayadanu tersebut, Arjuna memotong tali pusar Gatotkaca, akan tetapi sarung tersebut hilang masuk ke dalam diri Gatotkaca, sehingga Bayi Gatotkaca menjadi sakti. Setelah dewasa Gatotkaca tidak lupa kepada kebaikan sang paman, Arjuna dan pada hari ke lima belas perang Bharatayuda, dia mengorbankan diri untuk melenyapkan senjata Karna, agar pamannya dapat memenangkan pertarungan.

Setelah tali pusarnya putus, Gatotkaca dibawa Bathara Narada ke kahyangan untuk melawan Raksasa Kala Sakipu dan Kala Pracona. Karena Gatotkaca telah menyatu dengan sarung Kuntawijayadanu, maka Bayi Gatotkaca tidak dapat dibunuh mereka bahkan sempat menggigit mereka sehingga kedua raksasa itu mati.
Oleh Bathara Guru, Gatotkaca diberi tiga karunia. Karunia pertama adalah “Kotang Antakusuma” yang membuat Gatotkaca dapat terbang dengan cepat. Karunia kedua adalah topi bernama “Caping Basunanda”, yang mempunyai kesaktian apabila kena panas tidak terasa panas dan apabila kena hujan tidak menjadi basah. Karunia ketiga, berupa sepatu “Pada Kacarma” yang mempunyai kesaktian tidak akan terkena pengaruh dari suatu tempat.

Cinta membuat Gatotkaca lalai

Ketika menginjak dewasa Gatotkaca jatuh cinta pada Dewi Pergiwa, puteri dari Arjuna dan adik dari Abimanyu. Gatotkaca adalah seorang tokoh yang tahu balas budi. Karena Arjuna yang dapat memotong tali pusarnya kala dia masih bayi, maka dia selalu menghormati keluarga Arjuna, pamannya sendiri.
Sejak kecil Gatotkaca dirawat Arya Kalabendana, adik ibunya yang paling kecil. Kalabendana yang berwujud raksasa kunthing, cebol mempunyai karakter sangat jujur, setia, suka berterus terang dan tidak bisa menyimpan rahasia. Dia sangat mencintai Gatotkaca keponakannya. Pada suatu hari, Gatotkaca bepergian bersama Abimanyu, sedangkan Dewi Siti Sundari putri Prabu Kresna yang menjadi istri Abimanyu ditinggalkan bersama Arya Kalabendana. Karena perginya berhari-hari tidak kembali, Dewi Siti Sundari meminta Arya Kalabendana mencari mereka. Dengan membaui keringat keponakannya Gatotkaca, Arya Kalabendana dapat menemukan Abimayu dan Gatotkaca yang sedang berada di kerajaan Wirata. Abimanyu sedang berkasih mesra berselingkuh dengan Dewi Utari. Begitu melihat hal tersebut, Arya Kalabendana berteriak, agar Gatotkaca dan Abimanyu cepat pulang, Dewi Siti Sundari di rumah amat cemas karena mereka belum pulang.

Dewi Utari, paham kalau Abimanyu sudah punya istri, dan sangat kecewa karena telah mengelabui dirinya. Dewi Utari memberikan laknat sumpah bahwa besok dalam perang Bharatayuda Abimanyu akan mati mendapatkan luka arang kranjang, banyak luka bersamaan pada tubuhnya. Gatotkaca marah dan menampar Arya Kalabendana, dan tanpa sadar tangan dengan kesaktian Bajramusti, Vajra Shakti, Tangan Geledek nya langsung mematikan pamannya. Sebelum meninggal, mata Arya Kalabendana berair, berkata lirih, “Dalam perang Bharatayuda kamu pun akan terbunuh oleh pamanmu sendiri”. Gatotkaca menyesal, akan tetapi dia menyadari bahwa seserorang yang menanam benih, pada waktunya tentu akan memanen hasilnya. Gatotkaca sadar paman yang dimaksudkan arya Kalabendana adalah Adipati Karna, putera Eyang Putri Dewi Kunti lain kakek.

Alam kembali menorehkan catatannya, tidak ada hal baru di dunia ini. Catatan lama berulang dengan berganti “setting”. Delapan ribuan tahun sebelumnya dalam zaman Prabu Arjuna Sasrabahu, Raden Sumantri tanpa sengaja membunuh adiknya Raden Sukrasana yang amat sayang kepadanya, sehingga dia pun mati di tangan Rahwana. Kali ini, Gatotkaca tanpa sengaja membunuh pamannya yang sangat sayang kepadanya, dan dia pun akan mati dalam perang Bharatayuda oleh Adipati Karna. Bukan secara kebetulan , kalau gambaran Raden Sukrasana dan Arya Kalabendana tidak banyak berbeda, seorang raksasa cebol dengan lidah celat sakti dan penuh kasih sayang. Jangan menyepelekan orang yang berjasa walau bagaimanapun penampilannya.

Pahlawan dalam perang Bharatayuda

Bagi Raden Gatotkaca: “Bagiku dharma-ku adalah sebagai perajurit untuk maju berperang, sangha-ku adalah Pandawa, persaudaraan pembela kebenaran, Kendra-ku, pusat tujuanku adalah Prabu Kresna”.

Dalam perang Baratayuda Gatotkaca diangkat menjadi senapati dan gugur pada hari ke-15 oleh senjata Kuntawijayadanu yang dipanahkan oleh Adipati Karna. Senjata Kunta Wijayadanu itu melesat menembus perut Gatotkaca melalui pusarnya dan masuk ke dalam sarungnya yang menyatu di perut Gatotkaca. Saat berhadapan dengan Adipati Karna sebenarnya Gatotkaca sudah tahu akan bahaya yang akan mengancam jiwanya. Dia ingat hutang nyawanya terhadap pamannya yang akan segera dilunasinya. Ketika Adipati Karna memanahkan senjata Kuntawijayadanu, dia terbang amat tinggi. Namun senjata sakti itu terus saja memburunya, bak peluru kendali, seakan dibantu ruh paman Kalabendana yang pernah dizaliminya, sehingga akhirnya Gatotkaca gugur. Gatotkaca ingat pelajaran dari Kumbakarna yang sebelum matipun perlu memusnahkan musuhnya sebanyak mungkin. Ketika jatuh ke bumi, Gatotkaca berusaha agar jatuh epat pada tubuh Adipati Karna, tetapi senapati Kurawa itu waspada dan cepat melompat menghindar sehingga kereta perangnya hancur berkeping-keping dan semua senjata yang berada di dalam keretanya meledak dan membunuh banyak pasukan Kurawa.

Sebenarnya, sewaktu berhadapan dengan Gatotkaca, Adipati Karna enggan menggunakan senjata Kuntawijayadanu. Ia merencanakan hanya akan menggunakan senjata sakti itu bila berhadapan dengan Arjuna. Namun ketika Raja Duryudana menyaksikan betapa Gatotkaca telah menimbulkan banyak korban dan kerusakan di pihak Kurawa, ia mendesak agar Karna menggunakan senjata pamungkas itu. Hal itu tidak lepas dari strategi Prabu Kresna untuk melenyapkan Senjata Kuntawijayadanu yang hanya dapat digunakan sekali saja, sehingga Arjuna dapat memenangkan pertempuran.

Pada waktu perang Bharatayuda, Gatotkaca sudah mempunyai tingkat spiritual yang tinggi akibat didikan Harimbi dan Bhima serta ajaran dari Prabu Kresna. Gatotkaca sudah sadar bahwa sebagai abdi, sebagai hamba, yang yakin akan keilahian Prabu Kresna, maka dia wajib patuh terhadap apapun perintah Kendra-nya, Prabu Kresna. Di Nusantara, Gatotkaca sudah mendapat pelajaran dari ibunya tentang bagaimana Raden Sumantri melakukan bakti kepada seorang PrabuArjuna Sasrabahu titisan Batara Wisnu. Kini dia akan mengulanginya kepada Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu juga. Bagi seorang abdi atau hamba hanya ada one pointedness, eka grata, satu fokus sehingga dia bekerja tanpa pamrih pribadi lagi. Dalam “bahasa musik karawitan”, seluruh niyaga, penabuh gamelan dengan berbagai alat musiknya wajib patuh mengikuti alunan suara Sang Pembawa Vokal dalam irama yang harmoni. Para perwira, para menteri yang patuh dengan komandan sangat diperlukan dalam mempertahankan kewibawaan suatu negara. Gatotkaca ingat nasehat para leluhurnya di Nusantara yang berpesan bahwa setiap warga harus: “Melu handarbeni, melu hangrungkebi, mulat sariro hangroso wani”terhadap negaranya. Nasehat leluhur tersebut dirumuskan secara resmi oleh Sri Mangkunagara I setelah 5.000 tahun kemudian. Setiap warga harus bertanggung jawab: merasa memiliki, membela dengan penuh pengorbanan, serta mengadakan intropeksi terhadap tindakan bangsanya. Bangsa Indonesia dapat dikatakan mempunyai genetik bawaan Gatotkaca yang diwariskan secara turun-temurun.

Dalam Bhagawad Gita Percakapan Ketiga, Karma Yoga, Prabu Kresna bersabda: “Alam ini memberi apa yang kau inginkan sebagai pengganti persembahanmu. Tetapi bagi yang menikmati pemberian alam tanpa mengembalikan sesuatu, akan dipertimbangkan sebagi seorang pencuri. Ia yang berkarya dengan semangat persembahan menikmati hasilnya, dengan cara demikian ia terbebaskan dari semua kejahatan. Mereka yang mementingkan diri sendiri, dengan cara demikian mereka memperoleh ketakmurnian”. Pelajaran Prabu Kresna kepada paman Arjuna tersebut tiba-tiba meresap ke dalam hati Gatotkaca. Aku harus tidak mementingkan diri sendiri, aku putra Bhima dari Pandawa, aku juga harus tahu balas budi kepada Paman Arjuna yang memotong tali pusarku dan aku harus tunduk kepada Prabu Kresna, titisan Wisnu.

Keteladanan Gatotkaca

Para leluhur kita mempunyai figur-figur keteladanan, yang menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam berjuang membela negara dengan pengorbanan jiwa dan raganya.
Selanjutnya diperlukan tumbuhnya suatu kesadaran dalam diri bahwa hidup ini hanya bersifat sementara, ada awal yang diikuti pertumbuhan, kemudian proses penuaan dan akhirnya mati. Mencari kebahagiaan abadi dengan pamrih atau motivasi di luar diri kurang tepat, karena kebahagiaan abadi hanya terdapat pada sesuatu yang abadi. Semua yang ada di alam ini mempunyai awal dan mempunyai akhir sehingga bersifat tidak abadi. Yang abadi hanya Dia yang bersemayam didalam dan di luar diri. Menyatukan niat, pikiran, ucapan dan tindakan dengan Dia menimbulkan kebahagian murni. Apa pun yang terjadi di dunia ini terkena hukum sebab-akibat. Hanya menyatu dengan Dia, yang dapat melampaui hukum sebab-akibat. Alam telah memberikan teladan nyata dalam bertindak altruistis, penuh kasih, tidak membeda-bedakan dan hanya bertindak sesuai dengan kodrat yang ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.

Pendidikan budi pekerti memegang peranan penting dalam pembentukan karakter di dalam diri, agar manusia hidup menggunakan hati nurani dan dapat mengalahkan egonya. Sudah saatnya kita bangkit, DNA Gatotkaca, Leluhur Sriwijaya dan Majapahit masih mengalir dalam diri kita. Para founding fathers sudah lama menunggu kebangkitan kita. Bangkit para Gatotkaca Nusantara. Bangkitlah! Hidup adalah sebuah perjuangan. Berjuanglah terus-menerus demi penegakan dharma, demi hancurnya adharma. Kita tidak di sini untuk saling jarah-menjarah, atau saling rampas-merampas. Kita tidak mewarisi budaya kekerasan dan barbar seperti itu. Jangan berjuang untuk tujuan-tujuan kecil yang tidak berguna. Jangan berjuang untuk memperoleh kursi yang dalam beberapa tahun saja menjadi kadaluarsa. Jangan berjuang untuk memperoleh suara yang tidak cerdas.
Berjuanglah untuk tujuan besar untuk sesuatu yang mulia. Berjuanglah untuk memperoleh tempat di hati manusia, ya manusia, bukan di hati raksasa. Berjuanglah untuk mencerdaskan sesama anak manusia, supaya mereka memahami arti suara mereka, supaya mereka dapat menggunakan hak suara mereka sesuai dengan tuntutan dharma. Perjuangan kita adalah perjuangan sepanjang hidup. Perjuangan kita adalah perjuangan abadi untuk melayani manusia, bumi ini dengan seluruh isinya, bahkan alam semesta. Janganlah mengharapkan pujian dari siapa pun jua. Janganlah menjadikan pujian sebagai pemicu untuk berkarya lebih lanjut. Berkaryalah terus menerus walau dicaci, dimaki, ditolak…….. Berkaryalah karena keyakinan pada apa yang mesti kita kerjakan. (Buku Be the Change karya Bapak Anand Krishna)
Berjuanglah Para Arjuna, Para Srikandi, Para Subadra, Para Puntadewa, Para Bhima, Para Gatotkaca. Tegakkan Dharma di Bumi Pertiwi. Simbol di Dieng bukan bersifat suatu kebetulan saja. Terima Kasih Guru.
 Gambar

fatmawati




Biografi Cut Nyak Dhien Pahlawan Indonesia

Cut Nyak Dhien adalah seorang wanita Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan penjajahan Belanda pada masa Perang Aceh.


Gambar Cut Nyak Dhien diambil dari wikipedia



Biodata

  • Nama Lengkap : Cut Nyak Dhien
  • Tempat Lahir : Lampadang, Kesultanan Aceh
  • Tahun Lahir : 1848
  • Meninggal : 6 November 1908. Sumedang, Hindia Belanda
  • Agama : Islam


Kehidupan

Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 di Aceh Besar di wilayah VI Mukimm, ia terlahir dari kalangan keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang, yang juga mempunyai keturunan dari Datuk Makhudum Sati. 

Datuk Makhudum Sati datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.

Pada masa kecil Cut Nyak Dhien, Ia memperoleh pendidikan agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Namun pada tahun 1878 Teuku Ibrahim Lamnga suami dari Cut Nyak Dhien tewas karena telah gugur dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878.

Meninggalnya Ibrahim Lamnga membuat duka yang mendalam bagi Cut Nyak Dhien. Tidak lama setelah kematian Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dhien dipersunting oleh Teuku Umar pada tahun 1880.


Teuku Umar adalah salah satu tokoh yang melawan Belanda. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Cut Gambang. Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda.


Perang Aceh

Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya.

Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).

Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar dan Chut Nyak Dhien. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda dan pasukan musuh berada pada kekacauan sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.

Teuku umar dan Chut Nyak Dhien terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas. Unit "Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose". Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.

Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak Teuku Umar sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. 

Setelah kematian Teuku Umar, Cut Nyak Dien memimpin pasukan perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua.


Masa Tua dan Kematian

Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di rumah sakit disana, sementara itu Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.

Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.

Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nissan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi.

Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat cerita Aceh.

Informasi diatas saya dapatkan dari artikel di wikipedia dan juga dengan beberapa situs yang membahas informasi yang sama. Itulah sedikit ulasan mengenai biografi cut nyak dhien yang dapat saya sampaikan terima kasih.

Trik Cara Gokil dan Lucu Mengatasi Kantuk

Trik Cara Gokil dan Lucu Mengatasi Kantuk Cara ini saya tujukan kepada orang yang suka begadang lihat bola, jaga rumah agar tidak kemalingan, jaga keluarga yang sedang sakit di rumah sakit, dmbl (dan masih banyak lagi).
Bukan hanya kopi saja yang dapat menahan rasa kantuk tapi tips dan trik ini juga bisa menahan rasa ngantuk, tidak percaya ? silahkan saja dibaca sampai habis, tapi jangan sampai sakit perut ya smile
Inilah Tips Cara Lucu dan Gokil Mengatasi Kantuk :
1. Bila anda seorang perokok, dan pada malam harinya anda terserang penyakit kantuk coba tempelkan ujung rokok yang masih menyala ke tangan anda, dijamin hot cheesy-grin
2. Anda ingin begadang tapi tidak bisa, maka keluar dari rumah lalu ketuk pintu rumah tetangga. tokk.tokk.tokk, lalu cepat cepatlah anda bersembunyi di semak semak, ini juga bisa dijamin menahan kantuk karena rasa kantuk tersebut hilang berganti rasa tawa biggrin
3. Bila anda terserang kantuk ketika lihat bola, Bongkarlah TV anda, yang rusak / masih baru bongkar saja sampai daerah terkecilnya, bila semua sudah terbongkar lalu pasanglah lagi, tapi ada 2 kemungkinan anda bisa melihat bola tanpa rasa kantuk & Rasa ketakutan karena takut TV anda tidak bisa kembali seperti semula biggrin wkkwkwkwkwk
4. Bila ada barang di luar rumah tetangga, sembunyikanlah barang tersebut lalu ambilah batu yang seukuran genggaman tangan lalu lembarkan ke pintu / kaca tetangga dan teriaklah "Maling...Maling...Maling" dan bersandiwaralah selayaknya artis top biggrin
5. Jika malam malam ngantuk, bunyikanlah music metal dan rock n roll dengan volume penuh, dijamin kantuk anda hilang dan tetangga pun datang sambil membawa golok.
6. Cobalah anda memakai pakaian ala ninja serba hitam, semuanya pokoknya hitam, lalu ketok pintu tetangga.
7. Bila malam hari anda terserang kantuk, mintalah istri/adik/ayah/ saudara/paman, dll untuk menampar anda. plak..plak..plak... aw..aw..aw..aw
8. Ambil saus cabe lalu oleskan sedikit disekitar mata, dijamin rasa kantuk akan hilang dan berubah jadi rasa perih biggrin
Dijamin trik ini GRATIS tanpa penipuan, dan dijamin sukses tapi resiko tanggung sendiri.
Nah itulah beberapa Trik Cara Lucu dan Gokil Mengatasi Kantuk / Ngantuk silahkan dicoba!

44 Alat-Alat Musik Daerah Tempat Asal dan Keterangannya

1. Alosu.
Berupa kotak anyaman daun kelapa yang di dalamnya berisi biji-bijian.
Tempat asal: Sulawesi Selatan.




2. Anak Becing.
Berupa dua batang logam seperti pendayung.
Tempat asal: Sulawesi Selatan.

3. Aramba.
Bentuknya seperti Bende.
Tempat asal: Pulau Nias.

4. Arumba.
Terbuat dari bambu.
Tempat asal: Daerah Sunda.

5. Atowo.
Sejenis genderang.
Dari Papua.

6. Babun.
Sejenis kendang dari Kalimantan Selatan.

7. Basa-Basi.
Merupakan sejenis terompet yang dibuat dari bambu yang dipasang rangkap. Asal dari daerah Sulawesi Selatan.

8. Calung.
Terbuat dari bambu dari daerah Sunda.

9. Cungklik.
Sejenis kulintang terbuat daru kayu dari Pulau Lombok.

10. Dog-dog.
Sejenis genderang dari Jawa Barat.

11. Doli-Doli.
Berupa empat buah kayu lunak dari Pulau Nias.

12. Drui Dana.
Berupa bambu yang dikerat seperti garpu penala berasal dari Pulau Nias.

Baca juga: 26 Alat-Alat Musik Tradisional Indonesia

13. Faritia.
Aramba kecil dari Pulau Nias.

14. Floit.
Seruling bambu dari daerah Maluku.

15. Foi Mere.
Sejenis seruling dari Pulau Flores.

16. Gamelan Bali.
Seperangkat alat musik dari daerah Bali.

17. Gamelan Jawa.
Seperangkat alat musik dari Jawa Tengah.




18. Gamelan Sunda.
Seperangkat alat musik dari daerah Sunda.

19. Gerantung.
Berupa bilah-bilah kayu yang digantung dari Tapanuli.

20. Gerdek.
Seruling tempurung dari Dayak Kalimantan.

21. Gonrang.
Sejenis kendang dari daerah Simalungun.

22. Hapetan.
Sejenis kecapi dari Tapanuli.

23. Keloko.
Sejenis terompet dari kulit kerang dari Daro Flores Timur.

Baca juga: 26 Alat-Alat Musik Tradisional Indonesia

24. Kere-Kere Galang.
Sejenis rebab dari daerah Goa.

25. Keso-Keso.
Sejenis rebab dari daerah Toraja.

26. Kinu.
Sejenis seruling dari Pulau Roti.

27. Kulintang.
Berupa bilah-bilah kayu yang disusun di atas kotak kayu dari Minahasa.

28. Lembang.
Seruling panjang dari daerah Toraja.

29. Nafiri.
Alat musik tiup dari daerah Maluku.

30. Sampek.
Sejenig gitar dari Dayak Kalimantan.

31. Talindo.
Alat musik poetik dari Sulawesi.

32. Totobuang.
Sejenis Talempong dari daerah Maluku.

33. Angklung.
Terbuat dari bambu dari Jawa Barat.


34. Kecapi.
Gitar kecil dengan dua dawai terdapat di seluruh Indonesia.


35. Kledi.
Alat musik tiup dari Kalimantan.

36. Marwas.
Alat musik pukul dari Sumatra Timur.

37. Popondi.
Alat musik petik dari Toraja, Sulawesi Selatan.

38. Rebab.
Alat musik gesek dari Jawa Barat.

39. Saluang.
Seruling bambu dari Minangkabau.

40. Sasando.
Alat musik petik dari Nusa Tenggara Timur.

41. Serunai.
Alat musik petik dari Sumatra.

42. Siter/Celempung.
Alat musik petik dari Jawa Tengah dan Jawa Barat.

43. Talempong Pacik.
Alat musik pukul seperti gong-gong kecil dari Sumatra Barat.

44. Tifa.
Genderang kecil dari Maluku dan Papua

Rabu, 11 November 2015

CERITA DI BALIK PROKLAMASI





“... Dengan ini menyatakan kemerdekaannya ...”
Setiap tanggal 17 Agustus kita selalu mendengarkan teks Proklamasi tersebut. Proklamasi adalah tonggak perjuangan bangsa Indonesia untuk lepas dari jajahan bangsa lain dan berdiri menjadi bangsa sendiri di tanah sendiri.



SAAT diumumkan bahwa Jepang menyerah pada Sekutu. Rakyat Indonesia segera langsung bergegas untuk merayakannya. Tapi, yang utama dari yang paling utama adalah segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa sendiri yang tidak lagi terjajah bangsa lain.


Soekarno Sedang Sakit Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sebelum pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Meski saat itu bulan puasa Ramadan, namun saat itu Bung Karno tidak berpuasa karena beliau terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
“Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan oleh dr. Soeharto. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.
“Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!” ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih.
Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya karena masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai.
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana

Bendera Merah Putih yang dijahit Ibu Fatmawati dikibarkan setelah kumandang proklamasi. Warna putih dibuat dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dibuat dari kain tukang soto. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco sedangkan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960.
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Bahkan konon katanya, katrol tiang bendera dibuat dari gelas bekas sahur Moh. Hatta.

Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah




Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah.
Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.
Kebohongan Demi Proklamasi
Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan.
Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang ya sobat?
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”.
Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta.
Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.
Naskah Proklamasi
Ketika diketik, beberapa kata yang mengalami perubahan. Teks awal yang ditulis Bung Karno disalin dan dirubah ke dalam ketikan oleh Sayuti Melik. Beberapa perubahan terjadi setelah diketik, yaitu sebagai berikut:
Kata “Proklamasi” diubah menjadi “P R O K L A M A S I”,
Kata “Hal2″ diubah menjadi “Hal-hal”,
Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”,
Kata “Djakarta, 17 – 8 – ’05″ diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05″,
Kata “Wakil2 bangsa Indonesia” diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”,
Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Dokumentasi Proklamasi
Dokumentasi saat hari kemerdekaan di dokumentasikan oleh Mendoer bersaudara. Kakak beradik tersebut merupakan seorang fotografer. Alexius Imprung Mendur yang menjabat sebagai kepala bagian fotografi di kantor berita Jepang Domei, sedangkan Frans Sumarto Mendoer adalah fotografernya.
Menurut Wikipedia, mereka berdua merupakan anggota dari enam Indonesia Press Photo Service pada 2 Oktober 1946.
Gelar Proklamator Lisan
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Pemerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.
Perayaan Kelahiran dan Kematian
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.
Inilah Perintah Pertama Seorang Presiden

Konon, perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang sate.
Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki).
“Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari.

(Dihimpun dari berbagai sumber termasuk apakabardunia.com dan wikipedia.com)


Dengan Selfie, Hindari Copy Paste


Selfie identik dengan pengambilan gambar sendiri atau foto diri sendiri. Berasal dari kata “self”, selfie memiliki makna bagaimana kita mengetahui diri sendiri, mengenali diri sendiri, dan percaya akan kemampuan diri sendiri. Dengan percaya pada kemampuan sendiri maka berarti bukan untuk meniru atau juga copy paste.



D
ewasa ini banyak di antara kita yang memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan bakat diri, namun tak jarang mereka yang berani menunjukkannya. Kurangnya rasa percaya diri lah yang menjadi faktor utamanya. Keberanian membutuhkan kemampuan dan pengetahuan. Sebaliknya juga, kemampuan dan pengetahuan tanpa keberanian tak ada gunanya.

Seringkali juga kita melihat, mendengar, dan mendapati banyak orang yang dengan mudahnya meniru dan menduplikat. Di dunia perfilman contohnya, beberapa film atau karya seni sineas kita tercipta atas dasar copy paste hasil dari negara lain. Sungguh ironis mengingat kita bangsa kita bangsa yang besar, sudah mati kah ide dari anak bangsa ini?
Copy paste sendiri merupakan bagian dari bahasa TIK. Copy paste sangat akrab dengan kita. Dengan copy paste, selain mempersingkat cara kita kerja, mengefisienkan waktu kerja, juga memudahkan kita. Namun yang muncul adalah mudahnya orang mengambil data orang lain, meniru, kemudian merename, bukankah itu membajak, bukankah itu plagiat?
Mungkin generasi sekarang ini adalah generasi produk copy paste, generasi yang suka meniru, sehingga ide kreatif dan orisinalitasnya pun tumpul bahkan mati. Sekedar mengingatkan, kemarin kita dihebohkan dengan banyaknya anak muda bergaya ala korea, jepang, maupun india. Yang jadi pertanyaannya, apakah kita bangsa Indonesia sudah kehilangan jati dirinya sehingga budaya pun harus mengimport dari negara lain? Dulu negara-negara lain sangat iri dan ingin meniru ketoleransian dan kegotongroyongan bangsa kita bukan?
Meniru sudah menjadi budaya di negeri yang katanya negeri seribu budaya ini. Tak terkecuali dengan dunia pendidikan kita. Sering kita melihat banyak siswa terbiasa untuk copy paste dalam hal apapun. Mengerjakan tugas, membuat makalah, presentasi, bahkan sewaktu evaluasi atau pun tes, cara copy paste pun lazim para siswa gunakan. Parahnya, beberapa mereka yang melakukan cara copy paste ini hanya tinggal meniru dan menyalin tanpa didasari pengetahuan yang kuat. Pada akibatnya, mereka pun tak tahu apa yang mereka salin, apakah itu salah ataukah benar. Ini lah yang sangat membahayakan bagi generasi sekarang, menyalin tanpa dasar pengetahuan. Jika sekarang ini para siswa terbiasa seperti itu, lantas bagaimana mereka ke depannya kelak?
Tak selamanya semua kesalahan harus ditimpahkan kepada siswa. Bimbingan, arahan, dan pengawasan kepada tunas bangsa ini lah yang harus senantiasa diutamakan karena kepada mereka lah kehidupan bangsa ini berlangsung nanti. Dorongan untuk lebih percaya akan kemampuan diri lah yang seharusnya lebih mereka dapatkan, bukan ancaman seperti tidak lulus, tidak tuntas, atau tidak lainnya. Mereka harus lebih dan semakin akan kemampuannya. Bukankah sesuatu yang wajar jika ada sebuah kesalahan dalam belajar? Pada hakekatnya, inti belajar tidak terletak pada hasil akhirnya, tapi proses dari belajar itu sendiri. Tak bijak rasanya ketika kita melihat para harapan bangsa ini bisa berhasil, menang namun dengan cara yang curang, meniru salah satunya. Sekecil apapun kecurangan itu, tetap saja sebuah kecurangan dan kejahatan. Jika hari ini terbiasa melakukan kecurangan, bagaimana dengan nanti? Mungkin korupsi, kolusi, nepotisme, atau bahkan merampok, dan membunuh?
Di beberapa media seringkali kita mendengar berbagai macam kefatalan dan kesalahan meskipun terdapat para ahli berkecimpung di dalamnya. Kesalahan fundamental struktur bangunan suatu gedung, dokter dengan malprakteknya, dan masih banyak lagi. Mari berkaca dengan contoh di atas, bukan sesuatu yang tabu yang harus ditutupi, inilah kenyataan yang terjadi. Mungkin juga ini salah satu bagian  akibat kebiasaan kecurangan, meniru atau copy paste. Copy paste yang mereka lakukan sewaktu di bangku kuliah memang sungguh membantu mereka dalam meraih gelarnya. Semua itu demi apa? Demi yang namanya nilai dan gelar semata. Ya, dengan cara yang instan dan cepat. Akan tetapi, imbas itu semua adalah hanya berapa persen saja pengetahuan yang benar-benar mereka pelajari dan mereka dapatkan. Copy paste lazim digunakan bagi mereka yang suka menyelesaikan sesuatu dengan cara yang instan. Suatu pembodohan diri sendiri. Bukankah seinstan-instannya mie instan yang kita buat, kita pun harus merebusnya bukan?
Mari belajar untuk lebih menghargai sebuah proses. Bangsa ini tidak butuh orang yang cukup dengan gelarnya saja. Bangsa ini butuh mereka yang jujur, kreatif, idealis, originalitas, dan penuh percaya diri. Semua manusi tercipta dengan kemampuan, hanya manusia sendiri lah yang terkadang membatasi kemampuannya sendiri.