Kamis, 28 Januari 2016

FENOMENA SELFIE



Kata 'selfie' begitu p opuler belakangan ini. Saking tenarnya, istilah selfie bahkan sampai masuk d alam kamus Oxford Dictionary edisi terbaru tahun lalu. Dan puncaknya, Oxford pun menobatkan kata ini sebagai Word of the Year 2013. Lantas, apa sebenarnya definisi baku dari kata selfie ini, dan mengapa fenomena seni berfoto narsis ini bisa menjadi tren yang mewabah di seluruh dunia -- mulai dari orang biasa hingga para tokoh dunia?
Kalau kita intip di Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Selfie), kamus Oxford mendefinisikan kata selfie sebagai aktivitas seseorang yang memotret dirinya sendiri alias self-portrait, yang umumnya menggunakan ponsel atau webcam, kemudian mengunggahnya ke situs media sosial.
Istilah selfie kemudian cepat mewabah dengan adanya interaksi di social media yang mendunia. Jika kita membuka Twitter, Path, Facebook, Instagram, Google+, Snapchat, Flickr, dan Tumblr, rasanya tidak sulit menemukan foto-foto selfie.

Tujuannya tak lain sekadar mengekspresikan diri atau ingin menginformasikan keberadaannya saat itu. Misalnya, selfie dengan background tempat liburan, selfie bareng artis idola, bersama tokoh populer, di lokasi bencana, dan lain seba gainya. Bahasa gaulnya, tiada hari tanpa foto selfie. Masih menurut Oxford, awal penggunaan kata selfie sendiri terjadi pada tahun 2002. Kata ini pertama kali muncul dalam sebuah forum Internet Australia di ABC Online pada tanggal 13 September 2002. Padahal sebenarnya, aktivitas selfie sudah dilakukan orang sejak dulu kala ketika pertama kali ditemukannya teknologi kamera. Namun, baru menjadi tren belakangan ini. Mengambil foto diri sendiri sudah dilakukan sejak munculnya kamera boks Kodak Brownie pada tahun 1900. Metode ini biasanya dilakukan melalui cermin. Putri Kekaisaran Rusia, Anastasia Nikolaevna, adalah salah satu remaja yang diketahui pertama kali mengambil fotonya sendiri melalui cermin untuk dikirim kepada temannya pada tahun 1914. Dalam surat yang dikirim bersama foto itu, ia menulis: "Saya mengambil foto ini menggunakan cermin. Sangat susah dan tangan saya gemetar."


Penggunaan kata selfie sendiri telah meningkat hingga mencapai 17 ribu persen, dalam kurun waktu setahun terakhir. Tak heran jika hal ini menjadi perhatian serius dari para ahli Bahasa Inggris, termasuk Oxford tentunya. Kenapa selfie kemudian populer, selain interaksi di social media, faktor lain yang membuatnya jadi tren tentu para tokoh dunia yang secara tak langsung menjadi buzzer. Selfie tidak hanya dilakukan anak muda dari kalangan ora ng biasa, melainkan juga oleh para pemimpin negara. Misalnya seperti saat Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ketika asyik berfoto bersama perdana Menteri Denmark Helle thornig Shcmidt dan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Ketiganya berfoto memakai ponsel di acara mengenang kepergian tokoh besar Afrika, Nelson Mandela. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga pernah mengajak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berselfie ria saat berkunjung ke Istana Kepersidenan Jakarta. Di dalam foto selfie itu juga ada Ibu Negara Ani Yudhoyono dan Rosmah Mansor, istri PM Malaysia. Lalu ada lagi selfie saat perhelatan Oscar tahun lalu dimana Ellen DeGeneres sebagai host, tiba-tiba mengajak para bintang papan atas Hollywood seperti Brad Pitt, Jennifer Lawrence, Jared Leto, George Clooney, Lupita Nyong'o, dan lainnya untuk berfoto bersama. Selfie ini langsung menjadi foto terpopuler di Twitter, meraih 1,5 juta retweet dalam setengah jam. Selfie ini  juga tercatat berhasil memecahkan rekor dunia dengan retweet terbanyak: 2,3 juta kali! Tak akan ada habisnya m embahas kenapa selfie bisa begitu populer. Selain selfie para selebriti, masih banyak tren selfie lainnya mulai dari foto selfie ekstrem di tempat-tempat yang bikin bulu kuduk merinding, sampai tren selfie pamer kaki dan bulu ketiak.

Dengan banyaknya foto selfie rombongan alias beramai-ramai ini juga pada akhirnya menghadirkan istilah baru. Misalnya, istilah Wefie yang coba dipopulerkan Samsung. Karena tren ini pula, para produsen ponsel, baik dalam maupun luar negeri, rela melengkapi produknya dengan dual kamera sekaligus, baik primer dan sekunder. Kamera depan wajib punya resolusi bagus kalau mau ponselnya laku. Tak hanya itu, aksesoris ponsel juga tak mau ketinggalan cari untung dari hebohnya tren selfie ini. Mulai dari hadirnya tongsis (tongkat narsis) yang dicetuskan Babab Dito, Sony Smart Imaging Stand, Sony QX10, Sony QX100, dan banyak lainnya.

Aplikasi penunjang selfie juga banyak kita temui di iOS App Store, Google Play, Windows. Beberapa aksesoris dan aplikasi di atas, tentu membantu menghasilkan jepretan yang lebih maksimal. Namun, yang perlu diperhatikan, untuk mendapatkan hasil foto selfie yang menarik, Anda juga perlu memerhatikan beberapa hal, seperti komposisi kamera dengan objek, background dan lighting.
Jadi, tunggu apa lagi? Selamat berselfie ria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar