D
|
isuatu pagi yang cerah, hamparan padang rumput yang luas di temani
dengan bunyi kicauan burung, matahari yang menampakkan diri. Disinilah ditaman
yang begitu indah ini, terbentuk sebuah janji, janji akan bukti dimana mereka
mulai menjalin sebuah persahabatan. Persahabatan yang terjalin diantara dua
gadis kecil mungkin mereka masih berusia 5 tahun, karena dilihat dari gaya segi
bicara mereka. “Qaireen, Qisya janji, Qisya bakal jaga Qaireen Qisya enggak
bakal tinggalin Qaireen” Ucap salah satu
gadis tersebut, yang beernama Qisya. “Qaireen juga akan jaga Qisya, Qaireen
juga enggak bakal tinggalin Qisya” gadis yang bernama Qaireen tersebut memeluk
sahabat tersayangnya.
-12 tahun kemudian
Waktu telah berlalu, kini tiada lagi kata-kata
konyol yang terdengar lagi ddari mereka. Kini mereka telah menjadi gadis belia
umur mereka kini sudah 17 tahun, mereka menepati janji yang mereka ucapkan dulu
dengan matahari dan tuhan pun yang menjadi saksi. Hari ini mereka berencana
akan kembali ketempat kenangan mereka, yaitu Taman. Mereka berjalan beriringan
tangan mereka yang saling menggenggam disetiap jalan mereka saling bercanda
tawa. Sesampainya di taman, mereka duduk di sebuah kursi panjang. “Qaireen
lihat deh disana ada kupu-kupu banyak, kita kesana yuk” ajak Qisya yang
menunjuk-nunjuk segerombolan kupu-kupu yang berterbangan. “Ayuk” Qaireen
menggandeng tangan Qaisya, dan mereka menghampiri kupu-kupu tersebut. “Qisya
kupu-kupunya indah sekali ya” Qaireen dan Qisya menatap kupu-kupu tersebut.
“Qaireen ayo kita tangkap kupu-kupu ini yang menang nanti digendong sampai
rumah, yang kalah berarti yang gendong, ok” tawar Qisya kepada Qaireen. “Ok,
siapa takut” Qaireen menerima tawaran Qisya dengan senang hati. “Aku hitung ya,
1......2.....3...” mereka mulai berlarian mengejar kupu-kupu yang mulai
berterbangan menjauh. Disaat itu juga terdengan gelak tawa diantara mereka
berdua, namun beberapa detik kemudian Qaireen merasakan nyeri dibagian dadanya,
Qaireen meremas dadanya yang sangat nyeri itu, pandangannya gelap hingga
akhirnya Qaireen jatuh pingsan. Qaisya yang melihat Qaireen jatuh pingsan pun
panik dan menghampiri Qaireen. “Qaireen, Qaireen kamu kenapa” Qisya begitu
panik, ia bingung apa yang harus ia lakukan, akhirnya ia pun menghubungi orang
tua Qaireen.
Orang tua Qaireen dan Qisya membawa Qaireen
kerumah sakit dan Qaireen dibawa ke UGD. Setelah 30 menit berlalu, dokter
keluar dengan raut wajah yang terlihat sedih. “Bagaimana keadaan anak saya dok
?” tanya mama Qaireen yang sedang menangis tersedu-sedu. “Anak ibu mengalami
kanker hati sudah stadium akhir dan anak ibu harus cepat mendapat pendonor hati
jika tidak, mungkin anak ibu tidak terselamatkan” ucap
sang dokter. Orang tua Qaireen dan Qisya syok mendengar perkataan dokter tadi,
pasalnya Qaireen tidak pernah memberitahu mereka jika Qaireen mengidap penyakit
kanker hati. “Baik pak, bu saya permisi dulu jika ada pendonor hubungi saya” dokter itupun
melangkah pergi meninggalkan mereka. “Tan, Qisya mau kok donorin hati Qisya
buat Qaireen” ucap Qisya yang tak tega melihat sahabatnya terbaring lemah.
“Tapi, Qisya apa kamu benar-benar ikhlas ngerelain hati kamu begitu saja ?”
ucap mama Qaireen dengan memegang pundak Qisya. “Qisya ikhlas kok tan, demi
Qaireen” ucap Qisya. “Terimakasih banyak nak, kamu memang anak yang baik” ucap
mama Qaireen. Mereka menghampiri dokter yang sedang berada di ruangannya. “Dok,
anak ini yang akan menjadi pendonor anak saya” ucap mama Qaireen. “Baiklah,
mari kita segera mulai operasinya” ucap dokter tersebut. Mereka berjalan menuju
ruang operasi.
Beberapa jam kemudian....
Dokter keluar dari ruang operasi. “Pak, bu alhamdulillah
operasinya berhasil” ucap sang dokter. “Alhamdulillah, terimakasih dok” ucap
papa Qaireen berterimakasih. “Iya sama-sama pak” ucap dokter. “Apa kami sudah
boleh masuk dok ?” tanya papanya Qaireen. “Oh, sudah silahkan pak, bu” ucap
dokter. Mereka pun masuk keruangan tempat Qaireen di rawat.
Qaireen tersadar dari komanya, kini semua keluarga Qaireen dan
keluarga Qisya berkumpul didalam ruangan Qaireen, Qaireen menatap
sekelilingnya. “Qi-Qisya ma-na” ucap Qaireen terbata-bata karena terhalang
dengan alat bantu pernafasanya. Helen menatap Bayu kebingungan, seolah bertanya
‘ Bagaimana ini ‘. Helen bingung harus menjawab apa, akhirnya Bayu pun angkat
bicara. “Kamu yang sabar ya, sayang” ucap Bayu tak tega karena melihat ekspresi
dari anak semata wayangnya ini. “Ma-maksudnya pa ?” saut Qaireen. “Qisya udah
donorin hatinya buat kamu” ucap Bayu. “Apa.... enggak-enggak mungkin Qisya
ninggalin aku” Qaireen syok mendengar kabar bahwa Qisya telah meninggalkannya.
“Tenang syang, ikhlasin Qisya” Helen menenangkan anaknya itu. “Sebelum operasi
tadi, Qisya nitip ini pada papa” Bayu
menyodorkan secarik kertas putih pada Qireen. Qaireen membuka surat tersebut
dan membacanya. “Hay Qaireen, saat kamu baca surat ini pasti aku sudah enggak
ada. Kamu jangan nangis ya, aku enggak mau sahabat aku menangis karena aku.
Maafin aku, aku enggak bisa jagaain kamu selamanya, tapi kamu jangan khawatir
aku selalu ada untukmu. Sekarang hati aku sudah
jadi hati kamu jaga hati aku ya, dengan jaga hati aku kamu juga bakal jaga aku
juaga. Selamat tinggal Qaireen, Qisya sayang Qaireen” itulah sepenggal kata
yang ditulis oleh Qisya walaupun hanya sepenggal, namun mampu membuat air mata
mereka berderaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar